Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2013

Pernyataan Mahfud Pun Dipelintir Media

Waduh …saya semakin bingung melihat ketidakakuratan berita yang disajikan media akhir-akhir ini. Entah karena sengaja atau tidak, yang pasti ada pihak-pihak yang dirugikan dari kinerja tidak memuaskan dari para awak media untuk mencari berita. Berita teranyar adalah dugaan pengutipan secara salah dari pernyataan seorang Mahfud MD oleh wartawan salah satu tabloid. Sebagaimana berita yang beredar, Mahfud MD mengatakan bahwa penetapan Anas Urbaningrum sebagai tersangka dalam kasus Hambalang adalah peristiwa politik. Atas dasar pernyataan inilah, maka kecaman pun muncul dari berbagai pihak. Di dunia maya, termasuk Kompasiana, puluhan tulisan pun diturunkan oleh para kompasianer untuk membahas hal ini. Banyak pihak yang tidak sepakat  dan sebagiannya lagi mengiyakan pernyataan pelintiran ini. Sebagaimana dilansir koran-sindo.com , Mahfud MD akhirnya menurunkan tulisan terkait dengan pernyataannya te

Cinta Bersemi di Prajabatan

Ini bukan kisah saya. Ini kisah teman saya. Beberapa minggu yang lalu, saya mendapatkan undangan pernikahan 2 orang teman saya. Mereka akan menikah pada hari Sabtu (23/2/2013) di Jakarta. Namun, karena kondisi yang tidak memungkinkan, saya pun tidak bisa menghadiri acara tersebut. Teriring doa dan salam atas ketiadaan waktu untuk menyaksikan mereka menjadi raja dan ratu sehari. Sejarahnya, ke-2 teman saya ini baru intens bertemu, bercakap-cakap dan bercengkrama saat keduanya mengikuti prajabatan sekitar bulan Maret 2012 yang diadakan di Sawangan, Depok. Mereka berdua memang bekerja di kantor yang sama, tetapi karena luasnya area kantor yang mereka tempati, mereka pun tidak sempat bercakap secara mendalam satu sama lain. Alhasil, mereka berdua baru bisa memiliki waktu terbaik untuk saling mengenal lebih dalam saat prajabatan berlangsung. Waktu senggang yang kurang selama kegiatan tidak menghala

Hari Gini Berani Jujur? Apa Kata KPK?

Ter..la..lu.. Yah …keterlaluan memang dunia politik di negeri ini. Politik yang sebenarnya bertujuan mulia, malah diberanguskan oleh tingkah polah dari politisi di negeri ini. Berbagai upaya dilakukan demi meraih kekuasaan. Tidak ada rambu absolut yang bisa menghadang nafsu berkuasa para elit. Semuanya seakan menutup mata dengan etika-etika berpolitik yang seharusnya dijunjung tinggi. Kebocoran sprindik yang terjadi beberapa waktu yang lalu merupakan salah satu contoh betapa segala hal bisa terjadi di negeri ini. Sprindik yang sedianya menjadi dokumen rahasia itu akhirnya bocor ke publik. Tak tahu siapa yang tega nian berbuat seperti itu. Intinya, ada sebuah kejanggalan atas peristiwa tersebut. Apakah berupa upaya testing water atau karena kecerobohan dari pihak-pihak terkait? Komite etik sedang mendalami hal tersebut. Bagi sebagian orang mungkin berpandangan bahwa kasus sprindik bocor jang

Wahai Para Kader, Setelah Jabar, Sumut Menanti!

Mungkin kalimat judul di atas adalah kalimat penyemangat yang disampaikan kepada para kader dan simpatisan PKS. Pasca kemenangan pasangan Aher-Demiz di Jabar, versi Quick Count, tentunya PKS tidak mau berlarut dalam euforia ini. Mereka sadar bahwa seminggu ke depan, kerja keras masih harus dilakukan demi memenangkan calon yang diusungnya yakni pasangan incumbent, Gatot Pujo Nugroho dan Tengku Erry Nuradi (Ganteng). Tentu saja kerja para kader PKS akan terasa lebih berat dibandingkan Jabar. Pasalnya, di Sumut, Gatot Pujo Nugroho tidak didampingi oleh cawagub sekelas Deddy Mizwar. Hal ini menjadi penting karena biar bagaimanapun, kemenangan Aher di pilgub Jabar kali ini tidak bisa dilepaskan begitu saja dari kepopuleran Deddy Mizwar yang artis itu. Tengku Erry Nuradi, sebagai cawagub Sumut, dikenal oleh rakyat Sumut selama ini sebagai bupati Serdang Bedagai. Artinya, kader PKS masih perlu bekerja