Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2013

BEASISWA...OH...BEASISWA (PART III) : BAGAIMANA TENTANG PERSYARATANNYA?

Sebelum saya menceritakan pengalaman saya lebih jauh, saya ingin menyampaikan bahwa skema beasiswa yang saya terima adalah beasiswa Fulbright-Dikti. Sebagaimana namanya, beasiswa ini adalah beasiswa yang diberikan dengan skema kerjasama antara pihak Fulbright dan pihak pemerintah Republik Indonesia yang diwakili oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Terkait dengan hal ini, pihak Fulbright sebenarnya menawarkan banyak skema beasiswa. Misalnya, beasiswa Fulbright, Fulbright-Dikti, Fulbright Freeport, dll. Beasiswa yang ditawarkan melingkupi beasiswa lanjut studi strata magister dan doktoral maupun beasiswa untuk melakukan kerjasama penelitian di AS. Karena saya adalah grantee Fulbright-Dikti, maka saya akan memaparkan pengalaman saya tentang skema beasiswa ini. Akan tetapi, secara umum, keseluruhan skema beasiswa yang ditawarkan oleh Fulbright mensyaratkan hal-hal atau dokumen-dokumen yang kurang lebih sama. Ketentuan yang diber

Aku Diliput, Maka Aku Ada!!

Sekilas, judul di atas terlihat nyeleneh . Aku diliput, maka aku ada. Hehe. Yah, teman-teman sudah bisa menerkanya bahwa judul di atas adalah pelintiran dari kata-kata terkenal dari filsuf kenamaan asal Perancis, Rene Descartes. Filsuf ini mengatakan bahwa “ Aku berpikir, maka aku ada (cogito ergo sum) “. Maksud kalimat ini adalah untuk mengatakan bahwa satu-satunya hal yang pasti di dunia ini adalah keberadaan seseorang sendiri. Keberadaan ini bisa dibuktikan dengan fakta bahwa ia bisa berpikir sendiri. Saya bukan filsuf. Karenanya, saya tidak berpolemik tentang makna kata-kata Descartes tersebut yang bagi sebagian orang masih kontroversi. Aku diliput, maka aku ada . Saya membaca kalimat ini dari salah satu tweet Bang Budiman Sudjatmiko (BS). Saya sontak tersenyum sambil mengangguk-anggukkan kepala. Intinya, beliau menyatakan bahwa tren orang dikatakan bekerja sekarang adalah saat orang itu terlihat bekerja di depan kamera. Sedangkan, orang-orang yang bukan “ medi

Banyaknya Libur Akademik bagi Mahasiswa di USA

Siapa tidak suka dengan yang namanya ‘LIBUR’? Hampir semua orang yang memiliki rutinitas dalam hidupnya dapat dipastikan menunggu-nunggu datangnya libur. Bagi pekerja kantoran, baik swasta maupun negeri, libur adalah momen terindah yang bakal digunakan sebaik mungkin untuk melepas penat karena kerja seabrek. Bagi kepala keluarga, libur akan memberikan ruang untuk berkumpul dan bermain bersama keluarga. Apalagi untuk para pelajar, baik yang berstatus siswa maupun mahasiswa. Bagi golongan pelajar, libur adalah sesuatu yang sangat membahagiakan. Betapa tidak, setelah otak dijejali berbagai macam teori, bermacam rumus dan bertumpuk-tumpuk tugas kuliah, kesempatan untuk menyegarkan kembali otak pun terbuka dengan datangnya libur. Di Amerika Serikat, bagi para pelajar, entah masih dalam status siswa dan mahasiswa, jumlah libur yang dinikmati dalam 1 tahun kalender akademik ternyata cukup banyak. Saya belum tahu apa dasar dari jumlah libur yang menurut saya terlampau banyak

Sensasi Berjalan Di Bawah Salju Ala Habibie

Bagi para pembaca yang sudah menyaksikan film bertajuk Habibie & Ainun pasti tahu bahwa ada sebuah adegan dimana Habibie harus berjalan di bawah guyuran salju dengan temperatur di bawah -10 derajat Celcius. Beliau harus menggigil karena pakaian yang dimiliki tidak tebal-tebal amal untuk menahan “sentuhan” udara dingin yang begitu menusuk. Belum lagi sepatunya yang tidak cukup untuk menepis dinginnya salju yang terhampar bak karpet putih yang harus dilewatinya. Namun, akhirnya beliau begitu kuat dengan semua itu. Udara dingin tidak dapat menghalangi semangat menggebunya untuk mencari penghidupan demi kehidupan keluarga. Mungkin ada sebagian dari kita yang akan mengatakan bahwa berjalan di bawah guyuran salju itu sesuatu yang sangat seru. Bisa bermain-main dengan salju. Bisa berlari-lari dan berseluncur. Namun, apakah itu juga yang dirasakan seorang Habibie saat harus menembus dinginnya udara malam yang diselingi jatuhnya tetesan-tetesan halus putih dari langit itu

Maaf, Sebaiknya Cari Saja Profesor Lain

Pengalaman ini saya alami saat semester pertama berada di Universitas Toledo, salah satu universitas negeri di state Ohio, USA. Saat itu, saya memprogramkan 12 SKS dimana salah satu mata kuliah (MK) yang saya ambil bernama Seminar in Pharmacology . Dalam MK ini, setiap profesor akan mempresentasikan tentang laboratoriumnya kepada kami (5 orang mahasiswa baru program magister). Total ada sekitar 7 orang profesor yang setiap minggu bergantian masuk ke kelas kami untuk memberikan gambaran tentang seluk-beluk proyek penelitian yang mereka kerjakan. Diharapkan setelah MK ini selesai, kami berlima dapat segera menentukan pilihan dimana interest untuk penelitian kita nantinya. Setelah mendapatkan gambaran jelas dari seluruh profesor, maka kami harus segera menentukan sendiri kira-kira di laboratorium mana akan bergabung. Jika sudah mendapatkan keputusan, maka kami harus segera menemui profesor yang bersangkutan untuk menyampaikan minat kita tersebut. Saya termasuk sal

Jika Saya Tak Sakit, Maka Saya Tidak Akan Ke USA

Sekilas, judul di atas begitu provokatif. Yah...jika saya tak sakit, maka saya tidak akan ke USA. Bagaimana caranya? Kan seharusnya agar bisa berangkat, kita harus sehat? Nah, inilah yang akan saya ceritakan dalam tulisan saya kali ini. Semoga ada pelajaran yang dapat diambil. Saat itu sekitar hari Senin, tanggal 26 September 2011, saya akhirnya harus terkapar setelah dihajar oleh virus morbili. Kurang lebih selama 4 hari (sampai hari Kamis), saya memutuskan untuk merawat diri sendiri. Soalnya belum ada istri. Hehehe. Apalagi tinggal kos-kosan. Jadi, memang harus mandiri. Selama 4 hari terbaring lemas di kos-kosan, saya merasa penyakit saya semakin parah. Muntah, demam, dan sariawan di seluruh mulut. Kondisi ini menyebabkan saya tidak bisa makan. Akhirnya, saya memutuskan untuk masuk rumah sakit. Tepat pada hari Jumat (30 September 2011), saya akhirnya harus masuk rumah sakit. RS yang saya pilih waktu itu RS Awal Bros. Dengan bantuan junior, saya pun dibawa menggunakan mobil j

ASA YANG TERCAPAI

Seakan baru tersadar, ternyata segala apa yang saya raih dalam hidup ini sangat selaras dengan apa yang saya impikan. Yah...ternyata itu benar adanya. Harapan, cita, dan keinginan yang pernah saya impi-impikan ternyata terealisasi. Alhamdulillah. Tidak ada Tuhan selain ALLAH.  Setiap kita pasti punya harapan dan keinginan. Tentunya, harapan tersebut ingin kita capai, tidak hanya ingin kita simpan kan? Nah, di sini, izinkan saya untuk sekilas menceritakan segala harapan-harapan itu yang pada akhirnya telah saya capai. Semoga ada pelajaran yang bisa diambil. Semua pencapaian itu tentunya atas pertolongan ALLAH SWT. Keinginan untuk melanjutkan SMA di Palu . Masih segar dalam ingatan saya tatkala pada tahun 2000, dimana saya akan menyelesaikan studi saya di SLTP Negeri 1 Lamala, saya dihadapkan pada 2 pilihan. Apakah melanjutkan studi di SMAN I Lamala atau merantau ke Palu. Akhirnya, saya pun memilih untuk mengambil pilihan ke-2 yaitu melanjutkan studi di Palu. Setiap malam, saya