Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2020

Simpang Siur Klorokuin

Klorokuin (dan hidroksiklorokuin) sedang naik daun. Di tengah serangan SARS-CoV-2, obat anti malaria ini sedang menemukan popularitasnya. Pasca pernyataan Joko Widodo  tentang impor klorokuin, berbondong-bondonglah masyarakat mencari klorokuin baik secara offline maupun online . Prinsip ekonomi sedang bermain. Alhasil, harga klorokuin meningkat berlipat-lipat. Persis yang terjadi sebelumnya pada masker dan ethanol. Pun, setelah pengumuman tersebut, kegaduhan lain muncul. Ada yang mengatakan bahwa klorokuin adalah obat corona yang ampuh. Ada pula yang berkata, klorokuin belum teruji secara klinis. Tulisan ini mencoba menjawab beberapa polemik seputar penggunaan klorokuin dalam terapi COVID-19. Apa itu klorokuin dan hidroksiklorokuin? Semula, klorokuin diketahui sebagai antimalaria. Belakangan, dikarenakan efek antiinflamasi yang dimilikinya, klorokuin juga digunakan sebagai terapi pada beberapa kondisi autoimun, seperti rheumatoid arthritis dan lupus. Klorokuin merupak

Vaksin Vs Serum: Mana Lebih Efektif?

The Wall Street Journal menginformasikan bahwa Food and Drug Administration (FDA) telah menyetujui penggunaan serum untuk terapi COVID-19 pada kondisi-kondisi tertentu. Berdasarkan berita tersebut, kondisi yang dimaksud antara lain pasien harus terdiagnosis COVID-19, life-threatening respiratory failure , syok sepsis dan multiple organ failure . Sebelumnya, kandidat terapi COVID-19 juga berkutat pada pengembangan vaksin. Beberapa kandidat vaksin telah memasuki fase 1 uji klinik. Meskipun masih ada 2 fase yang mesti dilalui sebelum terbukti efektif, vaksin-vaksin ini telah menjadi harapan warga dunia. Walaupun sama-sama merupakan produk biologi dan berkaitan erat dengan pembentukan antibodi, vaksin dan serum memiliki beberapa perbedaan mendasar. Komposisi Kandungan utama vaksin adalah mikroorganisme atau toksin atau fragmen mikroorganisme yang telah dimatikan atau dilemahkan. Karena telah dilemahkan, maka mikroba yang diberikan tersebut tidak akan menyebabkan penyakit, m

COVID-19: Hindari Overklaim Obat

Sudah jamak diketahui bahwa penemuan suatu obat bukanlah hal yang mudah dan singkat. Perlu uji-uji yang sangat kompleks untuk melengkapi data keamanan ( safety ) dan kemanjuran ( efficacy ) dari kandidat obat yang sedang dikembangkan. Tak jarang, butuh waktu bertahun-tahun dan dana besar untuk menjamin bahwa obat yang masuk ke tubuh pasien benar-benar aman dan mujarab. Obat yang ideal adalah obat yang mampu menyembuhkan penyakit dengan efek merugikan yang minimal. Banyak kandidat obat yang sukses menunjukkan potensi penyembuhan terhadap penyakit tertentu, tetapi kemudian gagal menunjukkan aspek keamanan yang memadai dan begitu pula sebaliknya. Dalam protokol penemuan dan pengembangan obat yang ditetapkan oleh lembaga terkait, misalnya Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Food and Drug Administration (FDA), uji preklinik pada hewan coba dan klinik (uji pada manusia) menjadi syarat utama yang harus dilakukan sebelum memberi klaim kemanjuran dan keamanan kandidat obat.