BEASISWA...OH...BEASISWA (PART I) : SELAYANG PANDANG
Tak
bisa dipungkiri bahwa harapan untuk mengenyam pendidikan setinggi-tingginya
telah menjadi salah satu harapan terbesar setiap anak manusia. Hal ini didasari
oleh anggapan bahwa semakin tinggi pendidikan yang dikecap, maka semakin
terjaminlah kehidupan di masa depan. Belum lagi jika kita merujuk kepada firman
ALLAH dalam surah Al Mujaadilah ayat 11 yang menyebutkan bahwa ALLAH akan
meninggikan orang-orang beriman dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. Belum lagi jika kita mencoba menelisik lebih dalam kepada
hadis-hadis yang disabdakan Rasulullah SAW. Intinya adalah menuntut ilmu itu
adalah hal yang sangat terpuji dan sangat dianjurkan oleh agama ini.
Terkait
dengan hal itulah, maka berbondong-bondonglah para pembelajar di dunia untuk
menuntut ilmu di bumi ALLAH ini. Adalah sebuah hal yang sangat membahagiakan
tatkala kesempatan itu datang. Yah...sangat bahagia tentunya.
Namun,
ironisnya untuk mengenyam pendidikan di institusi pendidikan resmi – apalagi
yang berkualitas – maka akan bersentuhan dengan biaya yang tidak sedikit.
Puluhan sampai ratusan juta akan digelontorkan demi pendidikan yang layak. Ini
adalah hal yang sangat lumrah di tengah-tengah dunia yang semakin mengedepankan
sisi kapitalisnya. Menyikapi hal ini, maka para pengejar ilmu mencari jalan
lain agar dia bisa meraih pendidikan setingi-tingginya tanpa harus mengeluarkan
uang sepeserpun. Caranya bagaimana?
Nah,
dalam beberapa bagian, saya akan mencoba menuangkan segala pengalaman saya dalam
mencari “jalan lain” itu. Jalan lain itu adalah beasiswa. Yah...beasiswa!
Menurut saya, selain harta yang berlimpah, maka beasiswa adalah salah satu hal
yang dalam beberapa dekade terakhir memberikan gengsi kepada penerimanya.
Artinya, orang-orang yang menjadi penerima beasiswa akan dicap oleh masyarakat
sebagai orang-orang yang super cerdas dan kutu buku serta memiliki kemampuan
untuk “bercuap-cuap” dalam bahasa Inggris selayaknya native speaker. Padahal, itu tidaklah selama merupakan sebuah
kebenaran mutlak.
Alhamdulillah...di
saat saya menuliskan pengalaman saya ini, saya sedang melanjuktan pendidikan
program magister saya di University of Toledo, salah satu institusi pendidikan
yang terletak di kota Toledo, sebuah kota kecil yang merupakan salah satu region
dari negara bagian Ohio, Amerika Serikat. Kesempatan ini saya dapatkan setelah
mendapatkan beasiswa dari Fulbright Foundation yang bekerja sama dengan
Direktorat Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia. Fulbright Foundation adalah sebuah yayasan yang bernaung di bawah
Department of State of USA yang telah berdiri sejak 1945 yang awalnya
dipromotori oleh senator William J. Fulbright. Yayasan ini telah memberikan
beasiswa dalam berbagai macan format kepada ratusan ribu grantee sejak
berdirinya. Selanjutnya bisa dibaca di situs ini http://fulbright.state.gov/.
Tulisan
ini saya buat hanya sekedar share mengenai berbagai pengalaman dan proses yang
harus saya lewati sampai akhirnya saya berkesempatan untuk mengeyam pendidikan
di negeri Paman Sam. Tentunya, sebagai grantee Fulbright, maka tulisan ini akan
banyak berbicara tentang keseluruhan proses untuk mendapatkan beasiswa ini. Agar
tulisan ini bisa lebih runut dan mudah ditelusuri, maka saya membaginya menjadi
beberapa bagian sehingga pembaca tidak perlu susah-susah untuk mengikuti
keseluruhan tulisan ini hanya untuk mencari secuil informasi, tetapi cukup
melihat di bagian mana kira-kira informasi yang dicari tersebut tercantum.
1. Selayang pandang tentang beasiswa
lanjut studi
Di masa-masa sekarang ini, dimana dunia
semakin tidak berjarak, dimana dunia semakin mendekati kehancuran, dimana dunia
semakin merasakan kerusakan tangan-tangan manusia, banyak pihak yang mencoba
untuk mempertahankan konsistensi kehidupannya agar tetap berkualitas sekaligus
memberikan sumbangsih kepada perkembangan dunia. Salah satu upayanya adalah
memberikan beasiswa kepada individu-individu yang memenuhi syarat. Dengan jalan
ini, maka mereka dapat mencapai ke-2 tujuan itu sekaligus. Dengan memberikan
beasiswa, roda kehidupannya pasti akan tetap berkualitas karena bersedia untuk
berinvestasi terhadap kemajuan yang pada saat yang sama menjadi sumbangsih
besar atas kemajuan bangsa secara umum.
Sampai tahun 90-an, skema beasiswa yang
ditawarkan di negara ini masih sangat terbatas yang akhirnya berimplikasi pula
pada jumlah penerima yang terbatas pula. Keterbatasan ini lebih didasari oleh
alokasi dana untuk pengembangan sumber daya manusia di bidang pendidikan yang
masih sangat sedikit dari keseluruhan anggaran yang disepakati dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Belum lagi tindak pidana korupsi yang
tentunya akan semakin mengebiri dana
tersebut. Skema beasiswa yang ditawarkan saat itu pun masih lebih cenderung
dirasakan oleh pihak-pihak di daerah perkotaan ataupun pihak-pihak yang
memiliki afiliasi dengan pejabat.
Namun, seiring dengan era reformasi
dimana rakyat semakin sadar akan pemenuhan hak-haknya, pemerintah pun telah
melakukan berbagai program di berbagai bidang kehidupan, salah satunya adalah
bidang pendidikan ini. Di bidang pendidikan, pemerintah mengalokasikan dana
sebesar 20% dari keseluruhan APBN yang diteken bersama dengan Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia. Artinya, dari total APBN senilai 1400 triliun,
bidang pendidikan mendapatkan jatah sebesar 280 triliun. Sebuah angka yang
sangat besar memang. Peningkatan alokasi ini tentunya harus dipergunakan
sebaik-baiknya demi kemaslahatan umat. Keseluruhan dana tersebut harus diiringi
dengan program-program tepat guna yang langsung dirasakan oleh masyarakat.
Dari sekian banyak program yang
ditelurkan oleh pihak Kemendikbud RI, salah satunya adalah pemberian beasiswa
kepada manusia Indonesia yang memenuhi persyaratan untuk melanjutkan studi
maupun untuk penelitian (research grant). Alhasil, bisa dibayangkan jumlah
beasiswa yang ditawarkan oleh pemerintah dari dana yang ada. Target pemerintah
sekarang adalah mengejar jumlah doktor sebanyak 50.000 orang pada tahun 2015.
Sekarang ini, jumlah doktor baru sekitar 25.000 orang.
Selain beasiswa dari pemerintah RI,
program beasiswa lanjut studi juga banyak yang ditawarkan oleh yayasan, perusahaan tertentu maupun dari pemerintah
lain yang mengadakan kerjasama dengan pemerintah RI. Beasiswa yang ditawarkan
oleh yayasan antara lain Yayasan Supersemar, The Habibie Center, The Indonesian
International Education Foundation, Sampoerna Foundation, Yayasan Goodwill,
Dompet Dhuafa, dan Yayasan Toyota Astra. Adapun dari perusahaan antara lain
Freeport, Pertamina, dan Unilever. Untuk beasiswa yang ditawarkan oleh
pemerintah negara lain antara lain DAAD (Jerman), ADS (Australia), Chevening
(Inggris), Erasmus Mundus (Masyarakat Ekonomi Eropa), dan Fulbright (Amerika
Serikat).
Pembaca, dari jumlah lembaga yang
menawarkan saja, beasiswa yang ditawarkan sangatlah banyak. Belum lagi jumlah
beasiswa yang ditawarkan per lembaga. Dan yang harus Anda ingat bahwa
lembaga-lembaga yang saya tuliskan di atas baru sebagian kecil. Artinya, masih
banyak lembaga yang menawarkan beasiswa lanjut studi kepada indiviud-individu
yang memenuhi persyaratan. Khusus untuk lembaga kerjasama antarnegara, hampir
semua negara yang mengadakan kerjasam dengan Indonesia di bidang pendidikan
akan ikut menawarkan beasiswa kepada warga negara Indonesia. Anda bisa
bayangkan betapa banyak beasiswa yang berkeliaran sekarang.
Ada selentingan pertanyaan yang
mengatakan bahwa beasiswa lanjut studi itu hanya untuk staf pengajar di
perguruan tinggi saja. Saya ingin menyampaikan bahwa hal itu tidaklah benar.
Yang terjadi justru beasiswa yang ditawarkan sekarang tidak lagi melihat latar
belakang pekerjaan dari seseorang. Entah calon grantee itu adalah seorang
dosen, pegawai swasta, karyawan di pabrik, pegawai administrasi, penggiat LSM,
aktivis, dan lain-lain, semuanya memiliki kemungkinan yang sama untuk
mendapatkan beasiswa. Yang harus digarisbawahi adalah memang ada beasiswa yang
hanya mengkhususkan penerimanya harus memenuhi persyaratan khusus, misalnya
asal daerah atau jenis kelamin. Yang harus Anda lakukan sekarang adalah carilah beasiswa yang kira-kira
akan dapat Anda penuhi segala persyaratannya. Intinya adalah untuk
sekarang ini, tidak perlu risau akan keterbatasan beasiswa. Yang perlu Anda
risaukan adalah apabila Anda memang tidak memiliki niat untuk melanjutkan
studi. Jadi, jika ingin melanjutkan studi melalui skema beasiswa tertentu,
meminjam kata-kata Mario Teguh, pantaskanlah diri Anda dahulu untuk
menerimanya. Insya ALLAH.
Komentar
Posting Komentar